My Little Sister


MY LITTLE SISTER



        Aku sedang membaca buku di kamar adikku, hobiku membaca buku dan bermain basket. Tidak sengaja aku kembali membuka buku harian adikku. Isinya terkadang membuatku bahagia, dan merasakan sedih. Aku membaca buku hariannya di bagian belakang. Ku buka lembar demi lembar buku itu..

"Hari ini aku bermain dengan kakak, mengasyikan!" // "Hari ini aku bermain dengan kakak, dan kakak berjanji akan mengajarkan aku bermain basket. Menyenangkan!" // "Kemarin aku menunggu kakak pulang kuliah di lapangan, tapi kakak tidak datang, katanya ia sibuk, hmm" // "Tadi malam kakak ngasih video ke aku! Isinya dia main basket loh! Aku heran kenapa kakak jago sekali bermain basket, seperti melempar bola ke ring dari jauh, dari belakang, sampai loncat dan memegang ring itu untuk memasukan bolanya. Kakakku memang hebat, kan" // "Aku baru sembuh dari sakitku, ini semua karena kakak, terima kasih kakak!" // "Hari ini kakak yang sakit, aku sedih, aku gak tau harus ngapain. Aku kesal karena kakak sakit, aku kesal karena kakak selalu lupa untuk mengajarkan aku bermain basket. Aku bingung!"

***

         Hari itu aku sedang berkunjung ke toko buku biasa tempat aku membeli buku, ada yang aneh, penjaga kasir itu... pegawai baru ya? Tapi terlihat seperti gadis SMP, akupun membeli buku yang aku butuhkan.

"Halo, sudah selesai memilih bukunya kak?" tanya gadis itu padaku.
"Eh, iya udah, ini hehe" ucapku memberikan bukunnya.
"Totalnya tujuh puluh lima ribu ya kak". Ucapnya tersenyum.
"Nih uangnya, tapi jangan dibungkus ya, mau dibaca di sini" ucapku. Gadis itu tersenyum kembali.
"Boleh kak, silakan" jawabnya dan memberikan buku yang ku beli.

       Aku pun duduk dan membaca buku di toko itu, memang disediakan tempat untuk membaca juga. Toko buku ini terlihat sepi, tidak seperti biasanya. Tidak sengaja aku melihat ke arah gadis itu, yang sedang membaca buku juga. Rasa ingin tau pun timbul, untuk apa gadis ini bekerja sebagai kasir di toko buku?

"Kenapa kak?" tanyanya. Sepertinya ia menyadari bahwa aku sedang melihat ke arahnya.
"Eh, i-ini... cuma bosen baca sendirian hehe" ucapku. Gadis itu menghampiri aku dan duduk di sebelahku.
"Aku temenin ya kak" ucapnya tersenyum.
"I-iya.. ngomong-ngomong nama kamu, siapa? Dan ngapain kerja jadi kasir di sini?" tanyaku.
"Sebenernya ini toko punya kakakku kak, kalau kakak pernah ke sini sebelumnya pasti tau deh hehe. Cuma kebetulan kakak aku lagi sakit, dan aku libur sekolah, jadi aku mau jagain toko aja deh".
"Ohh.. gitu ya, nama kamu siapa?" tanyaku lagi.
"Dea kak, Dea Marella. Tapi biasa temen-temen manggil sih Dea.. hehe" jawabnya. Masih banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan, tapi kurasa tidak mungkin menanyakan pertanyaanku pada orang yang baru ku kenal.
"Dea ya.. oke deh, makasih ya udah mau nemenin baca di sini hehe" ucapku.

***

        Setelah kurasa lama aku membaca, akhirnya aku bersiap pulang ke rumahku, aku tinggal sendiri di sini. Yaa karena aku kuliah di Jakarta sedangkan kampungku di Yogyakarta, terpaksa aku harus tinggal sendiri di Jakarta ini, untungnya keluargaku mempunyai rumah di sini.
"Udah mau pulang kak?" tanyanya padaku.
"Ehh iya nih hehe" ucapku.
"Bareng yuk kak, kebetulan aku juga mau pulang, mau liat kakakku dulu di rumah sakit" ucapnya.
"Rumah sakit? Kebetulan rumahku searah, boleh deh, ayo" ucapku. Aku dan Dea pun pulang bersama, sepanjang jalan kami mengobrol, namun hanya basa-basi saja. Bisa dibilang sekedar membuat suasana tidak kaku.


         Seminggu lebih aku tidak pergi ke toko buku lagi, dan sekarang aku akan pergi ke sana. Aku berharap agar aku bertemu gadis itu lagi, aku masih ingin tau tentangnya, tentang kehidupannya. Mungkin karena aku tinggal sendiri, dan aku sangat ingin mempunyai adik perempuan, setelah sekian lama..

        Sampainya di toko itu, aku terheran, toko itu berubah menjadi toko mainan? Sejak kapan? Aku pun masuk ke dalam toko itu dan benar saja, ini toko mainan, aku tidak mengerti, tidak mungkin aku salah tempat, kan? Penjaga kasir pun berbeda dengan sebelumnya, Dea, ataupun kakaknya.

"Mbak, pemilik toko ini kemana ya?" tanyaku. "Ohh kakak sama adik itu ya? Saya kurang tau mas, yang pasti toko ini udah pindah hak milik dan saya hanya pegawai di sini" jawabnya.
"Makasih ya mbak, permisi" aku pun meninggalkan toko itu, entah kenapa perasaanku ingin mencari gadis itu, karena aku masih ingin tau tentangnya atau apa aku tidak tau..

          Aku mencari Dea di sekitar wilayah tempat toko itu berada, dan di taman kota, karena aku pernah melihat kakaknya sedang duduk di taman kota membawa buku. Aku berharap dia ada, dia ataupun kakaknya itu tak masalah, aku hanya ingin tau dimana keberadaan Dea. Setelah aku mencarinya di taman, benar saja, Dea ada di sana.. tapi, dia menangis? Kenapa? Aku pun menghampirinya, ia menatapku, dan terus menangis.

"Ke-kenapa?" tanyaku. "Kakak... kakak" ia tidak melanjutkan omongannya, ia hanya menangis dan terus menangis.
"Aku tanya, kenapa?!" ucapku membentaknya, ia kaget dan menutup mukanya sambil terus menangis.
"E-eh.. maaf, aku gak sengaja.." ucapku dan duduk di sebelahnya. Ia bersandar di bahuku, air matanya tidak keluar lagi, namun ia masih tersedu-sedu.
"Kenapa..?" ucapku pelan. "Kakak, kakakku... dia meninggal" ucapnya dan kembali menangis. Kakaknya? Toko itu?
"Kakak meningggal, sakitnya tidak sembuh, padahal kakak dan aku sudah menjual toko itu untuk kakak operasi, bahkan rumah.. rumah kakak dan aku satu-satunya" ucapnya lagi.

Astaga, aku tidak tau bagaimana perasaannya saat ini, yang pasti aku sangat sedih mendengarnya. Aku tidak tau bagaimana ia nantinya, ia akan bersama siapa??

"Kamu.. kamu sabar ya" ucapku mengusap rambutnya.
"Aku gak punya siapa-siapa lagi kak... aku gak tau harus gimana.." ucapnya.
"Gimana.. ka-kalau kamu, tinggal sama aku? A-aku akan jadi kakak kamu, dan kamu jadi adik aku" ucapku.
Dea melihat ke arahku, ia tersenyum "Terima kasih, kak".
"Iya, kamu janji ya jangan nangis lagi. Kalau kamu nangis lagi, kamu harus bayar kakak lima puluh ribu! Haha" ucapku, ia hanya tersenyum.

***

      Malam hari di rumahku, aku melihat makanan di meja makan, pintu kamar yang menjadi kamar Dea masih tertutup. "Gak dimakan ya..." gumamku. Mungkin memang berat merelakan seseorang yang sangat berharga begitu saja, tapi larut dalam kesedihan terus juga tidak baik. Ia masih kecil, masih perlu pengertian.

"Dea, tidur ya?" tanyaku di balik pintu kamarnya.
"Aku mau sendiri kak" jawabnya. Aku tidak akan mendesaknya untuk merelakan kakaknya.
"Jangan tidur malem-malem ya.." ucapku dan pergi ke kamarku.

          Pagi harinya, di meja makan sudah disiapkan makanan, untuk dua orang. Aku hanya tersenyum, ia tidak larut dalam kesedihan.

"Pagi, kak hehe" sapanya di belakangku.
"Pagii, makasih yaa sarapannya!" ucapku semangat agar dia juga semangat.
"Iya kak, sama-sama" ucapnya dan duduk di sebelahku. Kami pun sarapan, tidak ada perkataan lagi yang terdengar..
"Emm.. kakak kan belum kenal Dea banget ya.. jadi, kamu suka apa, ulang tahunmu tanggal berapa?" tanyaku.
"Tiga Februari kak, suka apa ya.. aku suka kalau semua orang bahagia" jawabnya tersenyum ke arahku.
"Dia masih polos..." gumamku. "Oh iya, jalan-jalan yuk?" ajakku.
"Kemana kak?" tanyanya.
"Kemana yaa?? Terserah dehh kamu maunya kemana" jawabku.
"Aku gatau kak" ucapnya dan tertawa. "Hahaha, aku gak tau daerah sini kak! Haha".
"Yaudah ikut aja yuk" aku mengajaknya pergi ke taman dekat rumahku, bukan taman kota.. aku tidak mau dia mengingat kakaknya dan menjadi sedih lagi.

***

"Nah, duduk sini" ucapku sesampainya di taman. "Tunggu sebentar yaa" aku meninggalkannya sebentar untuk membeli kue kecil.

          Aku pergi ke toko kue di seberang taman, sampainya di toko ternyata aku hanya membawa uang sedikit-_- paling cukup untuk membeli 1 kue saja, akupun membelinya, dengan cream di atasnya. Akhirnya aku pergi menghampiri Dea di taman.

"Dea, mau kue gak? Enak lohh" tawarku.
"Kok cuma satu kak? Buat kakak mana?" tanyanya.
"Punya kakak dah abis di jalan tadi haha, nih buat kamu" ucapku sambil memberikan kuenya.
"Masa sih? Aku daritadi liatin kakak loh, kakak gak makan kue di jalan" ucapnya menyelidik.
"Di toko maksudnyaa, ini mau nggak?" tanyaku.
"Makasih yaa kak" jawabnya dan menerima kue dariku. Akupun membaca buku di taman itu, sementara Dea masih menghabiskan kuenya.
"Kak" panggilnya. Aku masih membaca buku "Apaa" jawabku.
"Kak!" kali ini ia berteriak, aku menengok ke arahnya "Apaa yaa ka" belum sempat aku menyelesaikan kataku, Dea menyuapkan sepotong kue itu padaku.
"Enak, kan?" tanyanya. Aku masih diam dan mengunyah kue itu. "Enak.. tapi kan itu punya kamu" ucapku.
"Punya berdua dehh, nih lagi" ucapnya dan kembali memberikan kuenya.
"Nggak deh, kakak kenyang tau" ucapku.
"Makasih ya kak" ucapnya, aku melihat ke arahnya, matanya berkaca-kaca..
"Makasih makasih mulu kayak murid baru, hahaha" ucapku tertawa, tetapi Dea masih diam tersenyum melihatku.
"E-eh.. garing ya, yaa.. maap.." ucapku.
"Nggak kok kak, makasih aja, kakak udah mau jadi kakakku" ucapnya.
"Makasih juga kalau gitu, kamu udah mau jadi adiknya kakak, kakak jadi ada temen deh" jawabku.
"Pulang yuk kak" ajaknya. Aku dan Dea pulang ke rumah, sore ini aku ada jadwal kuliah, dan terpaksa aku harus meninggalkan Dea sendirian di rumah sampai jam tujuh malam.

***

"Kakak harus kuliah nanti sore, kamu sendiri di sini gapapa kan?" tanyaku.
"Iya kak, aku gak apa-apa kok" jawabnya tersenyum.

        Sore pun tiba, aku berangkat kuliah dan meninggalkan Dea sendirian di rumah. 
"Kakak pergi ya" pamitku.
"Hati-hati, kak!" ucapnya.

***

        Sampainya di kampusku, terlihat temanku menghampiri ku. "Broo" panggilnya.
"Apaan?" tanyaku dan menoleh ke arahnya.
"Tadi pagi gue liat lu di taman sama cewek, siapa? Cielah punya pacar sekarang lu" ucapnya.
"Pacar pala lu, adek gue itu" ucapku.
"Bukannya lu gak punya adek?" tanyanya.
"Ada lahh, gak usah kepo lu haha" jawabku.
"Cantik ya bro? :v" tanyanya lagi. "Gue bilang gak usah kepo ngapasi, dah ah gue duluan" jawabku dan pergi ke kelasku.

         Hari pun sudah malam, aku sudah selesai dengan kuliahku, ternyata hari ini aku pulang jam sembilan, ada tambahan dan aku tidak dikabarkan sebelumnya. Sial-_-

"Dea!! Kakak pulang" ucapku, tetapi tidak ada jawaban, aku pun ganti baju dan turun ke meja makan.
"Ia menyiapkan makanan untukku" akupun duduk dan makan, saat sedang menikmati makanan itu, Dea menghampiriku.
"Kak, maaf tadi Dea ketiduran hehe" ucapnya dan duduk di sebelahku.
"Iya gapapa, maaf ya kemaleman, tadi ada tambahan. Tidur gih" ucapku.
"Nanti deh kak, aku nunggu kakak selesai makan hehe" jawabnya.
"Eh iyaa, makasih yaa udah dibuatin makan" ucapku.
"Iyaa kak, enak nggak?" tanyanya.
"Enak dong, masa gak enak sihh hahaha" ucapku sambil mengusap rambutnya.

        Setelah selesai makan, Dea dan aku menonton tv sebentar. "Kak," panggilnya saat di ruang tv. "Kakak suka main basket ya?" sambungnya.
"Iya, kenapa??" tanyaku. "Aku juga suka kak, tapi aku belum bisa" jawabnya.
"Mau kakak ajarin?" tawarku padanya.
"Beneran kak? Boleh yaa? Asik!! Makasih ya kak!" ucapnya. 
"Iyaa, besok pulang kakak kuliah yaa" ucapku. 

         Lama menonton tv, Dea ternyata sudah tertidur pulas di atas sofa. Aku mau membawanya ke kamar, tapi aku takut dia terbangun. Jadi aku mengambil selimut dan memakaikannya pada adikku ini, adikku yang baru ku kenal.. tapi aku sudah sangat menyayanginya. Aku pun tidur di lantai ruang tv, menemani Dea di sini. Hingga hari mulai pagi...


"Selamat pagi kak!" sapanya saat aku terbangun.
"Loh kamu udah bangun, maaf ya kakak gak pindahin kamu ke kamar, kakak takut bangunin kamu" ucapku.
"Iya kak, harusnya aku yang minta maaf, aku ketiduran, jadi kakak tidur di lantai deh" ucapnya.
"Hari ini jadi mau diajarin basket?" tanyaku.
"Jadi dong kak! Kakak pulang kuliah jam berapa?" tanyanya.
"Jam 2 siang kok, kamu langsung tunggu di lapang deket sini ya, tau kan" ucapku. 
"Tau kok kak!" jawabnya semangat.
"Yaudah kakak mandi dulu, mau siap-siap kuliah" ucapku dan pergi ke kamar mandi.
"Iyaa kak, mandi sana, bau hahaha" guraunya sambil tertawa.
"Emang kamu udah mandi ya?" tanyaku.
"Udah dong! Haha, sana mandi kak, telat loh nanti" ucapnya.

       Setelah siap aku pun pergi ke kampus, tetapi seperti biasa, diumumkan hari ini ada tambahan lagi. Mungkin aku akan pulang jam 3, atau jam 4. Sebelum jadwal dimulai, aku bermain basket di lapang kampus terlebih dulu, sengaja aku videokan untuk adikku.

***

        Sudah sore, untungnya aku pulang tidak malam. Selesai sudah hari ini kegiatanku, tinggal aku pulang ke rumah dan tidur. Aku pulang ke rumah dan langsung tertidur di sofa, hingga suara deras hujan membangunkanku.

"Lah hujan" ucapku. Aku pergi ke dapur untuk mengambil makanan. Saat melewati ruang tengah, terlihat fotoku dan Dea beberapa waktu lalu, sepertinya ia yang memajangnya.
"Dea.. Dea, lucu banget sih, haha" ucapku. Tunggu.. Dea? Dea! Aku lupa, pasti ia menunggu di lapang. Kenapa ia tidak pulang saja. Aku bodoh!

        Aku berlari secepatnya menuju lapang, benar saja ia masih di sana, di bawah pohon yang rindang. Kenapa aku bisa lupa, bodoh!
"Dea!!" teriakku dan menghampirinya. Seluruh bajunya basah, mukanya terlihat pucat.
"Kakak.." ia menoleh ke arahku. Aku menghampirinya, tapi tiba-tiba ia tidak sadarkan diri. Aku segera membawanya ke rumah, dan membuatkannya sup hangat.
"Bajunya basah lagi, masa harus gantiin-_- ah nunggu dia bangun aja lah, kasih handuk sama selimut aja kali ya"..

        Sudah satu jam lebih ia belum sadar juga, aku mengoleskan minyak kayu putih di sekitar leher dan hidungnya. Mungkin dengan itu dia akan sadar, tetapi badannya panas, huh. Dan akhirnya dia sadar, ia tersenyum.
"Kamu ini, lagi sakit senyam-senyum mulu" ucapku.
"Emang kalau aku nangis, kakak mau tanggung jawab yaa?" candanya.
"Aaa, gak gak!" "Tapi, maaf ya, kakak lupa kalau kamu nunggu di lapang. kakak sibuk di kampus tadi" ucapku.
"Hehe, gak apa-apa kok kak, wajar kan orang sibuk itu suka lupain sesuatu hehe" ucapnya, ia tersenyum seperti tidak pernah terjadi apa-apa, nambah bersalah dehh..
"Kamu ganti baju gih, kakak udah buatin sup, oke" kataku sambil pergi ke dapur.

        Setelah dia ganti baju, aku pun menyuapi dia sup buatanku, sebenernya sup instan sih, tapi gapapa deh daripada gak ada :v
"Aaa" ucapku saat menyuapinya.
"Emang aku anak kecil apa kak, aaa aaa segala" ucapnya.

"Memang masih kecil kan? Gak ngaku hayoo, gak ngaku gak disuapin lagi nihh" candaku.
"Emang bukan kok! Yaudah sini aku sendiri aja" ucapnya dan wajahnya cemberut, terlihat lucu sekali...~ XD
"Ehh gak, sini suapin aja" ucapku. Tiba-tiba dia mencubit tanganku.
"Aw! Sakit tau!" ucapku. "Maksa sihhh" ucapnya. Aku mencubit hidungnya.
"Teruss.. kalau maksaa.. mau ngapain??" ucapku sambil terus mencubit hidungnya.
"Engg!! Gak bisa nafas tau!!" ucapnya dan menepis tanganku dari hidungnya.
"Kamu sihh" ucapku.

       Aku selesai menyuapinya makan, kini saatnya bidadari kecilku tidur. Aku pun menggendongnya sampai ke kamarnya.
"Selamat tidur yaa" ucapku mengusap rambutnya.
"Besok ajarin aku main basket ya kak" ucapnya.
"Iya iya.. kamu sembuh aja duluu" ucapku. "Eh iya, ini ada video kakak lagi main basket, bisa dipelajarin juga lohh" tambahku.
"Ini udah sembuh kok, wah makasih ya kak! Jadi semangat nih, udah sembuh banget kayaknya ini!" ucapnya meyakinkan.
"Bisa aja kamu, udah-udah, tidur sana" ucapku.

*** Satu Tahun Kemudian ***

      Aku selalu senang saat bersama adikku, ia selalu tersenyum untuk membuat aku senang, ia tidak pernah memperlihatkan suasana hatinya saat ia sedang bersedih. Sudah banyak janjiku pada Dea, yang isinya hanya berjanji untuk mengajarkannya bermain basket, tapi aku selalu lupa, karena kuliahku. Besok aku akan mengambil libur kuliah, untuk mengajarkan Dea bermain basket.
"Hey" sapaku pada Dea yang sedang menonton tv.
"Apa" ucapnya datar. Sepertinya dia merajuk.
"Merajuk yaa" ucapku. "Enggak" jawabnya.
"Jangan merajuk dong, nggak lucuk!! Haha" ucapku dan menggelitiknya.
"Apaan siihh, gak lucu!!" jawabnya dan membalikan badan.
"Yaudah, kakak tidur aja nihh" ucapku.
"Tidur aja" jawabnya datar lagi. Aku pun menyandarkan kepalaku di punggungnya. Ia tidak berbicara apapun, sudah kuduga.
"Aduh" ia tiba-tiba berdiri, dan aku terjatuh. "Kenapa berdiri?-_-" tanyaku.
"Kenapa nyender hu" ucapnya dan pergi ke kamarnya.
"Yee" aku pun pergi ke kamar ku, dan tertidur.

       Besoknya aku membelikan boneka untuk adikku, sekalian saat ia akan menungguku di lapang.

       Besok... aku dan Dea janjian di lapangan jam dua belas siang, namun aku telat karena saat membeli boneka, aku terjebak macet.
"Hayy" sapaku padanya yang sedang menunggu di bawah pohon.
"Hmm" ia menoleh dan tidak berbicara apa-apa lagi.
"Maaf yaa terlambatt" ucapku.
"Yaa" jawabnya singkat. "Kakak terlambat soalnya beli inii" ucapku dan memberikan boneka pada Dea. "Selamat ulang tahun yaa" ucapku lagi.
"Kakak ingat yaa, aku kira lupaa" ucapnya.
"Inget dongg.. dimaafin kan??" tanyaku.
"Oke! Aku maafin deh, aku kan baik orangnya, hahaha" ucapnya.

       Aku dan Dea bermain basket, hari ini aku akan mengajarkannya untuk tepat melempar bola ke dalam ring. Ia terlihat kesusahan, karena tidak terlalu tinggi XD
"Ayoo dicoba lagii hahaha" ucapku.
"Ahh susah banget sihh kak" kesalnya.
"Sini sini kakak ajarin lagi" "Jadi tangan kamu tuh harus kayak gini, dan kaki kamu jangan salah, nanti gak seimbang haha" jelasku.
Ia pun mengangguk dan merebut bolanya dariku. "Iya iya aku ngerti" ucapnya seolah sudah mengerti.
"Nahh kan gagal lagi, katanya dah ngertii hahaha" tawaku melihatnya kesusahan.
"Ahh aku gak bisaa kakk!!" ia marah dan melempar sembarang bola itu ke arah ring. Tidak disangka bolanya masuk, ia tertawa saking senangnya.
"Masuk kak!! Emang yaa, jago aku tuhh!! Hahaha" ucapnya.
"Iyaiya yang jagoo haha" aku bermain bersamanya sampai sore.

        Aku berjalan-jalan sebentar dengannya ke pasar malam, menaiki kincir angin, bermain tembak-tembakan demi berlomba mendapat hadiahnya, dan banyak lagi.

"Seruu!! Kak!" ucapnya. "Beli es krim yuu" ajaknya.
"Ayoo haha" aku dan Dea pun membeli es krim, kami berdua larut dalam kesenangan malam itu.
"Mau coba es krim kamu dong" ucapku.
"Nihh" bukan memberikan es krimnya, ia malah mencolekkannya pada pipiku.
"Ahh kamu, rasain nihh" ucapku yang membalasnya dengan mencolekkan krim itu pada hidungnya.
"Hidung kamu tuhh gemesinnn, pake krim itu nambah gemesinnn hahaha" ucapku dan mencubit pipinya.
"Ahh kakak jahat!" kesalnya. "Kamu yang mulai kann hahaha" aku masih tertawa karena tingkahnya.

        Akhirnya aku dan Dea pulang ke rumah, dengan lelah dan ngantuk, tapi bahagia karena bisa bersamanya seharian.

***

        Malam hari di rumahku... Dea belum tidur dan mengatakan bahwa aku boleh tidur duluan, lalu aku pergi ke kamarku dan tidur.

*brak*

Suara di kamar Dea membuatku terbangun, aku pergi ke kamarnya untuk melihatnya. "Kakak, maaf" ucapnya.
"Ke-kenapa ini?" tanyaku.
"Dada aku kak.. sakit lagi" ucapnya memegang dadanya, dan menangis.
"He-hey, jangan nangis, kita ke dokter ya" ucapku, aku pun membawanya ke rumah sakit.

        Aku membawanya ke rumah sakit menggunakan mobilku, tapi tiba-tiba di perjalanan Dea tidak sadarkan diri lagi, aku melajukan mobilku dengan cepat, berharap tidak terjadi apa-apa padanya. Belakangan ini Dea sering merasakan pusing, dan sakit di sekitar dadanya, aku tidak tau kenapa, baru-baru ini dia mengeluh sakit di dada hingga menangis.

         Sampainya di rumah sakit, Dea langsung diperiksa oleh dokter, aku menunggu cukup lama, di sini.. sampai dokter keluar dari ruangan tempat Dea diperiksa.
"Keluarga Dea" panggilnya.
"Saya dok, saya kakaknya" ucapku.
"Sudah berapa lama adik Anda merasakan sakit di dada?" tanyanya.
"Saya kurang tau dok, yang pasti sudah cukup lama, beberapa minggu kemarin" jawabku.
"Hmm, ginjal adik saudara tidak berfungsi satu, mungkin kalau Anda membawanya ke rumah sakit sejak dulu, ini tidak akan terjadi. Operasi harus segera dilakukan, Anda bisa menghubungi saya kembali secepatnya. Permisi" ucap dokter itu.
"Ti-tidak berfungsi... salahku..?" aku bertanya pada diriku sendiri, kenapa aku begitu bodoh, menjaga adikku saja tidak bisa. Bodoh!

"Kakak" ucap seseorang di belakangku.
:Kamu.. kenapa keluar?" tanyaku.
"Ayo pulang kak, Dea gak betah di sini" ajaknya. Aku pun mengajaknya pulang, besok aku akan kembali ke rumah sakit, untuk membicarakan tentang operasi itu.

          Di rumahku, "Dea, kamu tau gak, kamu sakit apa?" tanyaku.
"Nggak kak, emang Dea sakit apa?" ia balik bertanya padaku.
"Dengerin kakak ya, Dea sakit, salah satu ginjal Dea gak berfungsi.. besok Dea ke rumah sakit lagi ya? Kakak bakal ngasih satu ginjal kakak buat Dea" jelasku.
"Ginjal gak berfungsi itu apa sih kak? Sakit banget ya? Emang kakak mau ngasih buat Dea?" tanyanya polos.
"Enggak kok, gak sakit, sekarang kamu tidur aja ya, kamu harus sehat pokoknya" ucapku memeluknya, dan menunggu di kamarnya sampai ia tertidur.

***

       Pagi harinya aku dan Dea langsung ke rumah sakit, aku dan dokter sepakat untuk melakukan operasi, dan memberikan satu ginjalku pada Dea. Berharap agar dia bisa tetap hidup lebih lama, bersamaku. Dea akan dioperasi besok siang, jadi aku mengajaknya pergi ke lapang, untuk melihat aku bermain basket.

"Kamuu, liatin aja ya!" ucapku padanya.
"Ihh!! Sebenernya Dea mau ikut main juga tau!" protesnya.
"Iyaa nanti yaa, kalau udah sembuh, oke" balasku.

      Aku dan Dea bermain seharian, sampai pulang larut sore, dan malamnya Dea langsung tertidur di kamarku saat dia sedang membaca buku. Dia terlihat lucu, senyumnya tetap ada bahkan saat dalam keadaan tertidur.

      Hari esok pun tiba, aku dan Dea bersiap untuk operasi. Dan setelah beberapa jam, operasi pun selesai, aku sudah boleh bergerak, berjalan, dan pergi ke kamar tempat di mana Dea dirawat setelah operasi.
"Cepet sembuh ya.. kakak udah ambil libur kuliah buat kamu.." ucapku pelan dan mengusap rambutnya.
"Kakak.." panggilnya. Ia tersenyum. "Aku sudah sembuh kan kak?"
"Iyaa, kamu udah sembuh kok" jawabku.
"Kalau gitu ayo pulang kak, aku gak mau lama-lama di sini" ajaknya.
"Kalau pulang.. nanti yaa, minta izin dulu sama dokternya hihi" ucapku.
"Huh.. selalu saja" gumamnya.
"Pulang dari sini... kakak janji bakal ngajarin kamu... gak pake bohong lagi.." ucapku terus mengusap rambutnya.
"Bohong juga gapapa kok, aku udah kebal tau" jawabnya.
"Ciee udah kebal hahaha, tidur gihh"
"Nggak ah" ucapnya. "Yaudahh, kakak yang tidur yaa" aku pun pura-pura tertidur, agar ia juga tidur.
Saat aku lihat dia, dia sudah tertidur dengan pulas. "Katanya gak mau tidur... hihi" bisikku padanya.

         Dokter bilang, Dea boleh pulang setelah tubuhnya benar-benar sehat, mungkin sekitar dua atau tiga hari. Lama atau tidak, aku hanya ingin Dea segera sehat.

***

         Beberapa hari berlalu, Dea sudah sembuh dan sudah pulang, kembali ke rumah bersamaku. Akupun mengajarinya bermain basket, karena aku hanya libur satu minggu.
"Basket yuuuk" ucapku padanya.
"Ayoo!!" ucapnya semangat. Aku pun bermain basket dengannya, dari pagi hingga sore.
"Kakak kalah nihh, kamu jago banget sihh haha" ucapku mengejek.
"Kalah apanya, aku gak megang bola sama sekali tauuu!!" kesalnya padaku.
"Nih nihh, nih dehh tak kasihh haha XD" ucapku memberikan bolanya.

"Hahh, capek kak, bawa minum nggak?" tanyanya.
"Bawa dong.. nih" ucapku memberikan minumnya.
"Capek bangett" ucapnya. "Alah baru aja segitu, katanya mau jagoo haha" ucapku.
"Ih kakak, gak ngerasain sih, kakak enak tinggi, masuk terus kalau lempar bolanya" ucapnya. "Hhhuhh" lanjutnya dan bersandar di bahuku.
"Nyender bayar ya neng.. haha" candaku.
"Ngutang yaa hahahaha" jawabnya.
"Bisa ajaa ni anak" ucapku mencubit pipinya.


***

       Kenapa? Kenapa aku menjadi sangat rindu. Aku masih ingat saat aku dan kamu menaiki sepeda kuno, di pinggir bukit itu... melihat indahnya lautan, dan langit biru yang cerah..apa yang terjadi padaku? Apa aku gila? Hingga setiap hari yang ada di pikiranku hanya kamu..

***

"Asik yaa naik sepeda kak!!" teriaknya, aku memboncengnya menaiki sepeda kuno, di pinggiran bukit dan melihat lautan.
"Iyaa, asik kann" balasku. Aku dan dia bersandar di rerumputan bukit, menghadap langsung ke lautan, melihat indahnya langit biru.
"Aku mau kayak gini terus sama kakak" ucapnya.
"Iya, kakak juga" ucapku dan memejamkan mataku sebentar.

***

       Sudah bertahun-tahun berlalu, aku dan Dea masih tetap bersama, mengisi buku hariannya dengan kenangan yang telah kita lewati, semua perasaan kami tertulis di buku hariannya. Hingga kali ini aku yang sakit, hatiku terkena virus, hingga membuat hatiku menjadi lemah. Aku tidak mau Dea tau, ia akan sedih dan berpikir aku akan meninggalkannya. Tetapi seberapa kuat aku menyembunyikannya, Dea tetap akan tau..

       Hingga Dea mengetahuinya, ia berbicara padaku.. "Aku mau kok, ngasih hati aku buat kakak. Aku gak mau kakak sakit, dan nanti seperti kakakku, yang dulu.." Kurasa itu hanya gurauannya, ia tidak mungkin berpikiran sejauh itu. Perlahan pengelihatanku memburam, aku di bawa oleh beberapa orang yang tak aku kenal, aku di bawa ke sebuah ruangan.. aku tidak bisa melihat dengan jelas, hanya pendengaranku masih baik.

"Aku akan memberikan hatiku untuk kakak! Tenang sajaa" teriak seseorang, dia adalah Dea.. aku berusaha melihatnya, namun pengelihatanku masih terus seperti itu hingga menjadi gelap semua...

        Saat aku terbangun di rumah sakit, aku berharap semua hanya mimpi, aku hanya kelelahan, dan Dea masih menungguku di rumah. Tapi semua itu hanya harapan, Dea tidak ada untuk menungguku pulang ke rumah.. yang ada hanya buku hariannya, bersama kenangan dan perasaan kami yang tertulis di situ..

"Aku gak tau yang aku lakukan itu benar apa salah, yang pasti aku cuma mau kakak sembuh. Kakak pernah memberikan ginjal kakak padaku, berharap agar aku akan tinggal lebih lama bersama kakak. Hari ini, aku yang meminta harapan, aku berharap agar kakak tetap hidup, dan tinggal lebih lama di sini. Hati ini untuk kakak, aku gak akan kemana-mana, aku selalu di hati kakak. Kakak janji ya padaku, kakak tetap hidup bersama hatiku dalam diri kakak. Terima kasih kak, aku kira setelah kepergian kakakku dulu, aku tidak akan punya siapa-siapa lagi, tapi ternyata aku salah. Tuhan memberikan kakak untukku, untuk menjagaku, dan menyayangiku. Tuhan bilang saatnya aku berbalas budi pada kakak, mungkin ini yang paling tepat. Terima kasih, kak. Dea sayang kakak"


       Aku masih berharap ini sebuah mimpi, aku masih tidak percaya. Seorang gadis kecil yang polos, rela memberikan hatinya untukku. Aku juga selalu berharap akan ada hari esok setelah hari itu, untuk aku bisa meminta maaf padanya. Tetapi hari esok itu tidak pernah datang..

***

      Aku sendiri lagi.. di sini.. aku selalu berharap pada hari itu tidak terjadi apapun, aku selalu berharap hari itu tidak terjadi, aku selalu ingin kembali pada masa itu untuk melihatnya tumbuh dewasa, untuk memperbaiki kesalahanku, untuk meminta maaf padanya. Namun semua sia-sia, aku tetap tidak bisa.. terkadang aku hanya merasa rindu padanya, rindu akan tingkahnya yang terkadang tertawa, menangis, dan kesal karena ulahku. Penyesalan selalu menghampiriku, andai aku tidak sibuk dengan urusanku, pasti aku akan memiliki banyak waktu bersamanya. Tanpa sadar air mataku jatuh mengingatnya, seorang gadis kecil yang tanpa direncanakan akan menjadi adik kecilku dan merubah hari-hariku. Perkenalanku dengannya hanya lewat sebuah buku, dan perpisahanku dengannya juga tidak lepas dari buku.. perkenalan yang singkat denganmu.. aku masih ingat saat kamu bilang padaku untuk pulang bersama, menuju tujuan kita masing-masing. Terima kasih untuk kenangannya, terima kasih..

"Ekhm..." gumam seseorang di sebelahku.
"Kamu?? Sejak kapan di sini??" tanyaku.
"Sejak tadi.. hehe, kakak keasikan membaca dan mengingatku hingga lupa aku masih di sini bersamamu" jawabnya. "Menangis yaa? Hayoo, sini lima puluh ribu! Hahaha" ucapnya.
"Enggak kok, nangis? Siapa yang nangis" ucapku.
"Nangis jelek lohh, kalau bohong jelek juga loohh" ucapnya.
"Yaa yaa terserah kamu dehh-_-" balasku.
"Kak" panggilnya. "Apa?" tanyaku.
"Selamat ulang tahun yah" ucapnya berbisik. Aku terdiam, sesaat aku teringat lagi, ulang tahunku tahun kemarin.. aku dihadiahi Dea sebuah jam tangan, yang ia beli dengan uang tabungannya sendiri...
"Kak.." panggilnya membangunkan lamunanku.
"E-ehh iya.. terima kasih yaa" ucapku. Ia tersenyum dan mencium pipiku.
"Jangan cengeng lagi yahh" bisiknya lagi.
"Iya iya... aku janji.." ucapku.
"Emm.. main basket yuk kak?" ajaknya.
"Ayoo haha" aku menggenggam erat tangannya, seolah aku tidak mau kehilangan dirinya, untuk yang kedua kali.. dia masih di sini denganku. Masih tetap mengisi hari-hariku, walaupun raganya sudah tidak ada di sini. Hatinya akan selalu bersamaku, di sini, selamanya.


No matter how busy you are with your affairs, sometimes you have to spend your time for your loved ones.



Cast: @deamarella_p
By: @NanoDotID


*tokoh kakak gak dikasih nama supaya yang baca bisa memakai namanya sendiri.

Thanks before! Happy reading!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS